desa
banjar
pura
puri
subak
kesenian
situs budaya
lokasi wisata
sulinggih
lpd
pasar
tokoh seni tari
tokoh seni musik/tabuh
tokoh seni karawitan
dalang
tokoh sastra
tokoh seni drama
tokoh seni patung
tokoh seni ukir
tokoh seni lukis
pemangku
tukang banten
sekaa tabuh
sanggar tari
sanggar karawitan
sanggar pesantian
sanggar arja
sanggar wayang
sanggar dolanan
sanggar lukis
Author : Dinas Kebudayaan Kota Denpasar
Post on : Jul 17 2018 :: 03:52:25 PM
Viewed by : 1160 people
I Wayan Nugra dilahirkan di Banjar Dangin Tangkluk, Desa Kesiman, tahun 1939. Anak petani miskin pasangan I Ketut Lembit dengan Ni Puglik ini mengaku begitu senang dengan tradisi gending sejak masih anak-anak. Sang ayah sendiri adalah juru kidung yang secara otomatis menempa Nugra banyak menguasai metrum kidung.
Di masa kanak-kanak. Nugra adalah segelintir orang dewasa yang cukup beruntung. Mengenyam pendidikan di Sejolah Rakyat (SR) 1 Kesiman (1952-1953), ia menamatkan Sekolah Guru Bawah (SGB) di Denpasar tahun 1958. Tahun 1968 ia tamat Sekolah Pendidikan Guru Negeri (SPGN) Denpasar. Ia lantas tamat PGSLP (Pendidikan Guru Lanjutan Pertama) angkatan pertama tahun 1969 di Denpasar.
Sejak ia Sekolah Rakyat kelas III, Nugra sudah bisa menghafal sebagian Geguritan Sampik Ingtai, karya Ida Ketut Sari dari Geria Sanur. Di SR pula Nugra mendapatkan guru-guru yang memiliki pengetahuan sastra Bali lumayan. Sampai kini ia ingat betapa besar jasa para gurunya itu. Tahun 1947-1948 ia bertemu guru-guru yang memiliki idealism tinggi, di antaranya yang tetap ia ingat adalah Bapak Ketut Guweng dari Kaliungu, Bapak Suamba dari Karangasem, dan Bapak Ida Bagus Raka dari Geria Tegal.
Di SGB Nugra bertemu dengan guru bahasa Bali I Gusti Ketut Ertia. Sedangkan di PGSLP sendiri Nugra dengan kesadaran penuh memilih jurusan bahasa Bali. Alasannya karena adalah di zaman itu seseorang yang menguasai sastra termasuk adat dan budaya Bali mendapat tempat yang terhormat di masyarakat.
Dengan latar belakang pendidikan Sekolah Guru, Nugra mengabdikan hidupnya sebagai seorang pendidik. Hampir 40 tahun ia mengabdi sebagai pahlawan tanpa jasa. Sementara itu, kegilaannya pada dunia nyastra tak pernah pudar. Tahun 1966, atas prakarsa Kepala Desa setempat, Nugra mengumpulkan sejawatnya untuk membentuk sekaa pesantian. Tujuannya tak lain adalah untuk mengalihkan perhatian masyarakat supaya tidak tergelincir pada politik PKI (Partai Komunis Indonesia), yang sebelumnya di tahun 1965 melahirkan gerakan menyedihkan. Belakangan, secara bersama-sama, ia juga mendirikan sekaa pesanitian Dharma Puspita.
Sebagai seorang mantan pegawai negri, Nugra mendapat kepercayaan lebih luas diantaranya Ketua II Widya Sabha Denpasar Timur. Pembina Seka Santi Kabupaten Badung, Kodya Denpasar, Tim Pembina Sekaa Pesantian Provinsi Bali, Tim Pembinta Utsawa Dharma Gita Provinsi Bali, Tim Penerjemah Nakah-naskah Klasik Provinsi Bali.
Selain itu, dia juga duduk dalam Tim Penerjemah Naskah-naskah Bali dari Dinas Pendidikan dasar Provinsi Bali, Tim Penyusun satua-saua Bali Dinas Pendidikan Dasar Provinsi Bali, di antaranya merupakan adaprasi sendiri, seperti Gatut Kaca Sraya, Silandri, Bagus Diarsa, Ratu Anom, Loka Pala, daln lain-lain.
Atas pengabdiannya dalam pengembangan sastra daerah, pada tahun 1087 Nugra menerima Piagam Penghargaan Upakarti Budaya dari Kotamadya Denpasar. Suami Ni Nyoman Seneng ini kini menghabiskan masa tuanya sambil memomong cucu, harapan masa depannya.
• Alamat : Jl. WR Supratman No.191, Kesiman, Kec. Denpasar Tim., Kota Denpasar, Bali, BANJAR DANGIN TANGKLUK, DESA KESIMAN, Denpasar Timur
• No Telp. : 0
• Tempat/Tgl Lahir : Denpasar, 01 Januari 1939
• Menekuni Sejak : 01 Januari 1952
• Nama Suami/Istri : Ni Nyoman Seneng
• Nama Ayah/Ibu : I Ketut Lembit • Ni Puglig
• Nama Anak : • -
Sumber Informasi : -